LAYANAN DARURAT COVID-19
112
0813 8837 6955

Beranda > Artikel > Sepuluh Hoaks Seputar Covid-19 yang Perlu Kamu Ketahui

Sepuluh Hoaks Seputar Covid-19 yang Perlu Kamu Ketahui

Nadhif Seto Sanubari

11 September 2020

Smartcitizen, kita semua sedang melalui masa yang sulit seperti sekarang. Namun, pada pandemi ini tidak hanya virus Korona yang menyebar. Seperti di dunia nyata, di dunia maya pun marak “virus” yang merambat ke pelosok media sosial, yakni virus misinformasi. Pada masa informasi yang serba cepat dan serba terhubung, sangat mudah untuk terjadi kesalahpahaman bagaikan permainan kuda berbisik yang diikuti oleh penduduk sedunia. Atau mungkin informasi tersebut hanyalah kebohongan yang dibuat dan disebarkan oleh orang jahat yang berniat memicu kepanikan. Smartcitizen pasti pernah melihat info-info bohong seperti ini dalam bentuk posting di Facebook atau sebuah pesan di grup chat. Sebelum kita turut membagi posting-an atau pesan tersebut sehingga memperburuk keadaan, ada baiknya kita mengecek kebenaran fakta itu terlebih dahulu. Disadur dari situs Jala Hoaks, ayo kita simak sepuluh hoaks seputar Covid-19 yang patut diperhatikan!

Covid-19 hanya flu biasa dan sebuah rekayasa untuk mencari keuntungan

Hoaks yang pertama ini tidak hanya beredar di Indonesia, namun sayangnya juga dipercaya oleh banyak orang di seluruh dunia. Faktanya, Covid-19 tidak sama dengan flu biasa yang disebabkan oleh virus influenza. Menurut Stanford Children’s Health, penyebab Covid-19 adalah virus corona jenis baru bernama SARS-CoV-2 yang belum diidentifikasi sebelumnya. Walaupun gejala-gejala awal Covid-19 bisa mirip dengan flu biasa seperti demam dan batuk, penyakit ini bisa bertambah parah sampai menyebabkan kesulitan bernafas atau pneumonia.

Selain itu, ada juga rumor bahwa SARS-CoV-2 merupakan sebuah virus yang direkayasa dalam laboratorium oleh manusia. Tentunya teori konspirasi ini tidak benar. Susunan genetika atau genom SARS-CoV-2 sudah disebarkan secara publik kepada ilmuwan di seluruh dunia, dan hingga sekarang sama sekali tidak ditemukan tanda-tanda rekayasa atau manipulasi. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Nature Medicine, genom SARS-CoV-2 pun mirip dengan virus lain yang ditemukan pada hewan seperti kelelawar dan trenggiling. Jadi, kemungkinan terbesar adalah virus ini bermutasi dan berpindah dari hewan ke manusia. Namun, penyebaran utama tetap terjadi antarmanusia melalui partikel air dari mulut dan hidung, bukan hewan.

Tidak ada yang meninggal murni karena Covid-19

Sebuah hoaks yang beredar di media sosial serta pesan berantai di aplikasi WhatsApp menyatakan bahwa selama ini tidak ada kasus pasien meninggal hanya karena Covid-19. Menurut pesan tersebut, kasus-kasus meninggal hanya terjadi karena pasien sudah memiliki banyak virus dan bakteri di dalam tubuh atau sudah memiliki penyakit penyerta. Edwark Parker, ahli virologi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan, memang individu yang terpapar virus lebih banyak dapat mengalami gejala Covid-19 lebih serius. Namun ini bukan berarti tidak ada pasien meninggal murni karena Covid-19. Faktanya, menurut covid19.go.id, sekitar 97,7 persen dari 1.883 pasien meninggal akibat Covid-19 tidak memiliki penyakit penyerta.

Indonesia akan menerapkan strategi herd immunity

Rumor bahwa pemerintah Indonesia berniat menerapkan strategi herd immunity untuk memitigasi kondisi pandemi disebarkan di Facebook. Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah sebuah situasi di mana banyak orang terinfeksi oleh penyakit lalu sembuh dan membangun kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Ketika banyak orang berhasil membangun kekebalan, akan lebih sulit bagi virus untuk menyebar dan jumlah kasus akan menurun. Selain WHO yang menyatakan bahwa herd immunity bukan strategi yang tepat untuk mengurangi penyebaran Covid-19, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, juga telah menepis kabar tersebut. Ia menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia tidak pernah merencanakan penerapan konsep herd immunity untuk menanggulangi Covid-19.

DKI Jakarta termasuk zona hitam Covid-19 berdasarkan data dari Badan Intelijen Negara (BIN)

Sebuah foto yang menampilkan peta kondisi lima wilayah Jakarta sebagai zona hitam beredar di media sosial. Foto ini juga menempelkan logo Badan Intelijen Negara (BIN). Deputi-VII Bidang Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto, menegaskan bahwa foto tersebut tidak berasal dari BIN, sehingga informasi itu merupakan sebuah hoaks. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pun tidak menggunakan “zona hitam” sebagai salah satu kategori zona wilayah terkait penyebaran Covid-19. Empat kategori yang digunakan adalah zona merah untuk kabupaten/kota dengan tingkat risiko penyebaran Covid-19 yang tinggi, zona oranye berarti kabupaten/kota dengan tingkat risiko penyebaran sedang, zona kuning berarti kabupaten/kota dengan tingkat risiko rendah, dan zona hijau berarti kabupaten/kota yang belum terdampak Covid-19.

Thermo gun berbahaya untuk otak

Salah satu perangkat yang meningkat penggunaannya pada masa pandemi ini adalah thermo gun, alat berbentuk pistol yang diarahkan ke dahi untuk mengecek suhu tubuh hanya dalam hitungan detik. Hoaks yang menyebar berupa video yang menyatakan bahwa laser yang dipancarkan oleh perangkat ini awalnya digunakan untuk mengecek suhu kabel panas, bukan manusia, sehingga dapat merusak struktur otak. Kemenkominfo telah mengklarifikasi bahwa informasi ini salah. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, thermo gun aman digunakan dan telah lulus uji kesehatan. 

Selain itu, terdapat dua jenis termometer yaitu Termometer Klinik atau yang diperuntukkan untuk kepentingan medis dan Termometer Industri yang biasa digunakan untuk mengukur suhu benda atau alat-alat manufaktur, seperti panas air, mesin, AC atau pendingin ruangan, kolam renang, trafo, dan lain-lain. Karena itu, termometer yang digunakan untuk mengecek suhu kabel dan manusia tidak sama. Thermo gun yang menggunakan sinar inframerah juga tidak membahayakan sistem saraf maupun otak, sebab tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X.

Tingginya penularan Covid-19 melalui mesin ATM

Sebuah pesan tersebar di media sosial yang menyarankan kita agar memakai sarung tangan berbahan plastik atau karet saat mengambil uang di ATM, karena 70% terinfeksi Covid-19 dari ATM dan 13 orang yang terinfeksi di ATM kini dirawat di RSPAD. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng M Faqih, tetap menyarankan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan Anjungan Tunai Mandiri, sebab di ATM masih ada risiko penularan Covid-19. Namun, menurut dr. Daeng M Faqih, belum ada data rinci berhubungan dengan ATM sebagai media penularan Covid-19 tertinggi.

Pisang sebagai penangkal virus Korona

Berasal dari video di aplikasi Tiktok dan Twitter, seorang ilmuwan dari Universitas Queensland di Australia membuktikan pisang yang banyak mengandung vitamin B6, sehingga dapat memperbaiki imunitas tubuh dan mencegah penularan Covid-19. Anggota Komisariat Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Universitas Gunadarma, Indri Pramesti Widyaningrum, mengatakan bahwa posting-an video yang beredar di media sosial ini tidak benar dan merupakan hasil suntingan dari beberapa video. Ilmuwan Universitas Queensland tersebut memang melakukan penelitian untuk mencari vaksin Covid-19, namun tidak menggunakan pisang sebagai bahan penelitian. Walaupun pisang memang memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia, belum ada penelitian lebih lanjut bahwa pisang dapat menangkal Covid-19.

Perbedaan jenis batuk menurut Departemen Patologis AIIMS

Pesan yang menjelaskan perbedaan jenis-jenis gejala batuk diklaim berasal dari seorang dokter Departemen Patologi AIIMS Delhi dan bersirkulasi di WhatsApp. Faktanya, situs resmi AIIMS Delhi belum mengeluarkan pernyataan publik mengenai perbandingan gejala coronavirus dan flu, flu biasa, dan lain-lain. Sementara itu, dokter yang tersangka menyebarkan hoaks tersebut bukanlah bagian dari Departemen Patologi AIIMS. Setiap anggota staf AIIMS sudah mencantumkan nama dan alamat e-mail masing-masing.

Penggunaan obat hipertensi golongan Sartan lebih rentan terkena Covid-19

Beredar informasi melalui WhatsApp tentang hasil teleconference sejawat FKUI/RSUI yang menjelaskan bahwa penggunaan obat hipertensi golongan Sartan lebih rentan terserang Covid-19, karena termasuk dalam golongan ACE Inhibitor. Berdasarkan hasil penelusuran di situs alodokter.com dan hellosehat.com, obat hipertensi golongan Sartan bukan termasuk ACE Inhibitor, melainkan golongan Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Selain itu, ASEAN Federation of Cardiology (AFC) menyatakan, penggunaan ACE Inhibitor dan ARB belum terbukti dapat memperburuk infeksi Covid-19. Penggunaannya tetap disarankan oleh empat organisasi kardiologi terbesar di dunia terhadap pasien Covid-19 yang memiliki riwayat kardiovaskular, sambil menunggu penelitian dan evaluasi lanjutan.

Buah kurma perlu disterilkan karena kelelawar pembawa virus Korona hidup di pohon kurma

Seperti yang kita pelajari dari hoaks pertama, SARS-CoV-2 kemungkinan besar berasal dari hewan seperti kelelawar. Walaupun begitu, hal ini pun memunculkan hoaks tersendiri dalam bentuk posting-an Facebook yang mengklaim bahwa Menteri Kesehatan di Timur Tengah menyarankan masyarakat Muslim untuk mencuci buah kurma, karena pohon kurma menjadi rumah bagi kelelawar pembawa virus Korona. 

Situs thestar.com.my menyebut WHO ataupun Kementerian Kesehatan di negara-negara Timur Tengah tidak mengeluarkan saran atau peringatan apapun tentang kontaminasi virus Korona melalui kelelawar. Hal ini diungkap Kementerian Kesehatan Malaysia. Bahkan Dirjen Kementerian Kesehatan Malaysia, Datuk Dr. Noor Hisham, sampai meminta konfirmasi langsung kepada WHO terkait berita tersebut, namun menemukan fakta bahwa berita ini tidak benar.

Itulah sepuluh hoaks yang akhir-akhir ini sempat beredar di media sosial. Smartcitizen, jangan langsung mempercayai semua informasi yang kamu baca di Facebook, WhatsApp, atau media sosial digital lainnya. Selalu cek sumber informasi tersebut untuk mengetahui secara jelas apakah fakta itu benar atau salah. Ingatkan juga teman atau keluarga yang menyebarkan informasi salah tersebut dan sertakan penjelasan yang sebenarnya. Kunjungi Jala Hoaks untuk tetap terinformasi dan selalu update dengan klarifikasi hoaks terbaru. Ayo kita lawan misinformasi!

Jakarta Tanggap Covid-19

Bagikan :


Penulis

Nadhif Seto Sanubari

Penulis dan penerjemah alumni Universitas Bina Nusantara, dengan pengalaman internasional di University of Bradford, UK dan Deakin University, Australia.

Artikel Terkait

Strategi Dinkes DKI untuk Alokasi Kuota Vaksinasi JAKI

21 September 2021

Begini Cara Teknologi Machine Learning CLM Bekerja

28 Juli 2020

Melihat Dasbor Jadwal Mobil Vaksin Keliling dan Sentra Mini Vaksinasi

20 Agustus 2021

Yang Perlu Kamu Tahu tentang Peraturan Baru PPKM Level 2

27 Oktober 2021

Stigma COVID-19: Apa yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengatasinya

11 Mei 2020