Berita
tentang Covid-19 masih menggema di mana-mana. Kabar mengenai kasus
harian yang terus meningkat, rumah sakit yang mulai kehabisan kamar,
hingga suara ambulans yang makin sering terdengar di telinga mencekam
keseharian hidup kita. Per 29 Juni 2021, kasus positif di Jakarta
bertambah 8.348 kasus dalam sehari. Kurva kasus positif semakin
meningkat. Perjuangan kita pun kian sengit.
Sumber: Web corona.jakarta.go.id
Dari
grafik di atas, kita dapat melihat bahwa dalam beberapa hari terakhir
pada Juni 2021, pertambahan kasus meningkat jauh melampaui kasus positif
harian selama ini di Jakarta. Pada 27 Juni 2021 lalu, kasus positif
harian di Jakarta bahkan mencapai 9.394 kasus. Sebuah angka yang sangat
memprihatinkan. Lantas, bagaimana caranya kita melalui ini?
Smartcitizen,
jika tidak ada tindakan pencegahan secara ketat, bukan tidak mungkin
kurva kasus positif akan semakin naik dan fasilitas kesehatan yang ada
tidak sanggup lagi menampung pasien-pasien positif Covid-19. Untuk
mencegah kenaikan kurva kasus positif, kita bisa belajar dari pengalaman
selama satu tahun pandemi ini untuk melandaikan kurva.
Belajar dari Pandemi Tahun 2020
Pada
2020, kita sudah berhasil mencegah kurva menanjak dengan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar), berkat berkegiatan di rumah hingga
menutup berbagai pusat keramaian di Jakarta. Kemudian, ketika PSBB mulai
dilonggarkan menjadi PSBB Transisi yang membuka beberapa pusat
keramaian dengan kapasitas terbatas, ditambah libur panjang yang
meningkatkan mobilitas, kasus positif Covid mulai menanjak kembali.
Gubernur Anies Baswedan akhirnya menarik rem darurat untuk kembali pada
PSBB. Pada 14 September 2020, diberlakukanlah kembali PSBB. Saat itu
angka infeksi Covid-19 di Jakarta meningkat tajam, beberapa kali kasus
penularan Covid-19 di DKI mencapai lebih dari seribu orang. Pada 3
September 2020, misalnya, kasus harian positif Covid-19 mencapai 1.406
kasus.
Ketika
rem darurat PSBB ditarik dan masyarakat kembali berdisiplin menegakkan
protokol kesehatan serta membatasi pergerakan, kasus positif perlahan
mulai turun, sehingga PSBB Transisi diberlakukan kembali. Jika dilihat
dari grafik kasus positif di atas, pada Oktober dan November 2020, kurva
mulai melandai.
[‘Flatten the Curve’: Apa Maksudnya dan Kenapa Perlu Dilakukan?]
PPKM Mikro untuk Menurunkan Kurva Kasus Positif Covid-19
Pada awal 2021, PSBB yang berada dalam wewenang pemerintah daerah diubah menjadi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat),
dengan peraturan yang hampir sama dengan PSBB Transisi. Kemudian,
ketika kasus positif mulai merangkak naik pada pertengahan Juni 2021,
pengetatan dilakukan kembali dalam bentuk PPKM Mikro.
Smartcitizen
mungkin bertanya, kenapa perlu ada aturan penebalan PPKM Mikro sebagai
pengetatan ketika kasus menanjak naik? Karena, dalam penebalan PPKM
Mikro terdapat perubahan peraturan-peraturan yang lebih ketat seperti:
-
Perkantoran 75% WFH (Work From Home) dengan protokol kesehatan yang ketat dan tidak diperbolehkan mobilisasi ke daerah lain;
-
Kegiatan Belajar Mengajar tetap 100% daring;
-
Restoran dibuka dengan kapasitas maksimal 25% dan jam operasi dine-in maksimal pukul 20.00 WIB;
-
Pusat
perbelanjaan dibuka dengan kapasitas maksimal 25% dan tutup maksimal
pukul 20.00 dengan protokol kesehatan yang lebih ketat;
-
Tempat ibadah ditutup dan dianjurkan untuk ibadah di rumah;
-
HBKB (Hari Bebas Kendaraan Bermotor) ditiadakan;
-
Kegiatan di area publik ditiadakan;
-
Kegiatan seni, sosial, budaya, pertemuan, seminar, dan lain-lain ditiadakan;
-
Transportasi umum angkutan massal dan kendaraan pribadi maksimal 50% kapasitas.
Ada satu hal yang jelas terlihat sebagai tujuan dari aturan-aturan PPKM Mikro tersebut, yaitu physical distancing atau menjaga jarak fisik satu sama lain. Physical distancing
merupakan kunci untuk menurunkan kurva kasus positif. Dengan peraturan
yang membuat warga untuk di rumah saja, tidak mengunjungi area publik,
dan membatasi mobilitas, risiko penularan Covid-19 akan menurun. Hal ini
karena kontak fisik yang dekat jarang terjadi. Tentunya, masih ada di
antara kita yang harus kerja di sektor esensial dan keluar rumah karena
alasan penting. Karena itu perlu juga bagi kita untuk menjaga jarak dan
mengenakan masker selama di luar rumah. Bahkan, masker ganda pun kini
direkomendasikan untuk dipakai, dengan lapis pertama menggunakan masker
medis dan lapis kedua menggunakan masker kain.
Smartcitizen,
jika kita patuh dengan peraturan PPKM Mikro, maka kita telah membantu
untuk menurunkan kasus positif yang semakin naik akhir-akhir ini.
Penularan virus Covid-19 yang rendah juga akan membuat fasilitas
kesehatan kita bisa bertahan dan tenaga kesehatan tak kewalahan di
tengah pandemi. Namun, jika kita tidak patuh, maka bisa jadi kasus akan
semakin naik, sehingga orang-orang terdekat kita pun semakin besar
kemungkinannya untuk terpapar.
Kita
sudah pernah melalui peraturan PSBB yang ketat dan itu berhasil
menurunkan kasus positif Covid-19. Mobilitas kita saat PSBB dan PSBB
Transisi juga pernah berada dalam angka yang rendah, sehingga ada
preseden untuk kita bisa melalui semua ini sampai kurva melandai.
[Membandingkan Tingkat Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi]
Yuk, Lakukan yang Kita Bisa untuk Mengakhiri Pandemi
Smartcitizen,
di tengah lonjakan kasus Covid-19, berbagai usaha terus dilakukan,
salah satunya dengan vaksinasi. Berkat vaksinasi Covid-19, kemungkinan
seseorang akan tertular semakin rendah. Kalaupun tertular, risiko
kondisi tubuh yang parah akan terhindari. Untuk menurunkan kurva kasus
positif seminimal mungkin, kita harus melakukan yang kita bisa dengan
mengikuti vaksinasi Covid-19, tetap menerapkan protokol kesehatan secara
ketat, serta membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurai
kerumunan dengan melaporkan pelanggaran PPKM lewat aplikasi JAKI (Jakarta Kini). Yuk, kita sama-sama saling melindungi dan terus berjuang untuk mengakhir pandemi!