LAYANAN DARURAT COVID-19
112
0813 8837 6955

Beranda > Artikel > Contact Tracing dan Check-Point Monitoring: Apa dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Contact Tracing dan Check-Point Monitoring: Apa dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Siti Sarah S.

25 September 2020

Jakarta masih belum lepas dari pandemi Covid-19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti pada masa awal pandemi pun kini berlaku lagi sebagai kebijakan rem darurat (emergency brake policy). Rem darurat adalah salah satu upaya fencing (pembatasan gerak) untuk menekan angka penularan Covid-19 di Jakarta. Kebijakan ini tentu akan semakin efektif bila terus dibarengi dengan berbagai upaya lain, semisal tracing (pelacakan) yang tidak kalah penting. Untuk melakukan pelacakan terhadap kasus Covid-19 di Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya untuk melakukan contact tracing dan check-point monitoring. Apakah itu?

Apa itu Contact Tracing?

Menurut Journal Healthcare Management Science, contact tracing (pelacakan kontak) merupakan kunci untuk memperlambat atau bahkan menghentikan penyebaran penyakit menular. Hal ini tentu juga berlaku untuk penyakit Covid-19. Contact tracing adalah usaha tenaga kesehatan untuk mencari tahu siapa saja orang yang melakukan kontak dengan pasien yang terkena penyakit menular, untuk menghentikan persebaran lebih luas.

Dalam kasus Covid-19, penularan virus terjadi melalui droplet, yaitu percikan liur yang keluar ketika seseorang berbicara, batuk, atau bersin. Penularan dapat terjadi apabila seseorang yang positif Covid-19 bertatap muka dengan orang lain dalam jarak kurang dari dua meter selama sekitar 15 menit. Maka, untuk melakukan penelusuran kontak dari kasus positif Covid-19, pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19 akan diajukan beberapa pertanyaan terkait pergi ke tempat mana saja selama 14 hari terakhir dan bertemu siapa saja. Hal ini karena orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien dapat tertular dan menularkan kepada orang lain yang lebih luas. 

Untuk memperlambat dan menghentikan persebaran virus, orang-orang yang diketahui kontak dekat dengan pasien akan dihubungi, kemudian diinformasikan terkait kontak erat dengan pasien positif Covid-19.

Orang yang kontak erat dengan pasien akan diminta untuk waspada, memerhatikan gejala dan memeriksakan diri apakah dirinya ikut terinfeksi atau tidak, juga melakukan isolasi agar penyebaran virus Corona tidak meluas. 

Dengan melakukan pelacakan kontak fisik (contact tracing), Dinas Kesehatan DKI Jakarta dapat mengetahui siapa saja yang berkontak erat dengan pasien positif, daerah-daerah mana yang warganya banyak terkena Covid-19, serta mengetahui klaster-klaster tempat penyebaran Covid-19. Dengan demikian, baik pemerintah maupun masyarakat dapat berupaya untuk menghentikan penularan virus, dengan mengurangi jumlah orang pembawa virus yang berkegiatan. 

Apa Itu Check-Point Monitoring?

Seperti yang telah kamu tahu, Covid-19 merupakan penyakit yang dapat menular melalui droplet, apabila berjarak cukup dekat antara satu orang dengan orang lain. Oleh karena itu, menjaga jarak dengan orang lain sangatlah penting, dengan menghindari kerumunan sebagai salah satu upayanya. 

Untuk menghindari tempat-tempat yang berisi banyak orang dan meminimalisasi penularan, maka check-point monitoring menjadi penting. 

Check-point monitoring merupakan sistem monitoring di berbagai gedung di Jakarta yang banyak dikunjungi orang, seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan. Setiap orang yang akan memasuki suatu gedung akan melakukan check-in dan check-out, baik secara manual maupun dengan scan QR Code. Dengan check-point monitoring, setiap orang yang masuk ke dalam gedung dapat diketahui berapa jumlahnya. 

Sesuai peraturan PSBB di mana perkantoran hanya boleh beroperasi dengan 25% karyawan dan tempat umum lainnya hanya boleh berisi 50% dari kapasitas, check-point monitoring akan mendeteksi gedung mana yang melebihi kapasitas dari yang telah ditentukan, sehingga berisiko tinggi terhadap penularan. 

JAKI Bikin Gampang Melacak Kasus Covid-19 di Jakarta

Dengan konsep kota cerdas yang memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan kota, DKI Jakarta berusaha untuk meningkatkan upaya tracing dengan menggunakan teknologi berbasis aplikasi smartphone. Dengan aplikasi tracing tersebut, warga dapat melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya, sekaligus dapat membantu pemerintah dalam melakukan upaya surveilans kesehatan. 

Untuk memudahkanmu, JAKI menyediakan fitur Jejaki. Inilah pintu gerbang menuju aplikasi contact tracing dan check-point monitoring yang dapat kamu pilih. 

Semakin banyak partisipasi warga DKI Jakarta yang menggunakan aplikasi contact tracing dan check-point monitoring, maka upaya pelacakan kasus Covid-19 di ibu kota akan lebih baik lagi. Dengan upaya pelacakan yang semakin baik, pengendalian persebaran kasus dapat ditangani secara baik pula. Dengan ikut berpartisipasi, kamu tidak hanya melindungi diri sendiri, keluarga, dan teman-temanmu, tapi juga telah menjadi bagian dari perubahan menuju Jakarta yang lebih sehat, aman, dan produktif. 

Yuk, unduh JAKI dan dapatkan berbagai kemudahan pada masa pandemi ini.

Pemanfaatan Teknologi
JAKI

Bagikan :


Penulis

Siti Sarah S.

A content writer for Jakarta Smart City who loves engaging in meaningful works that makes a good impact for society even in a simple and subtle way. She is also a linguistics enthusiast and an avid reader who loves prose and poetry. Say hi to her on Twitter and IG: @sarafizaa or email to sitisarahs.11c@gmail.com

Artikel Terkait

5 Mitos Vaksin dan Faktanya yang Harus Kamu Tahu

06 April 2021

Berikut Peraturan Ganjil Genap Terbaru di Jakarta

21 Februari 2022

Tangani Kasus Covid-19 di Jakarta dengan Testing, Tracing, dan Fencing

05 Agustus 2020

Tips Aman Melapor Pelanggaran PPKM di Lingkungan Rumah

14 Juli 2021

Rangkuman Syarat Vaksinasi Covid-19 di Jakarta

29 September 2021