Tiga bulan sejak virus korona melanda Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. Salah satu cara yang diambil pemerintah untuk meredam angka kasus positif adalah melalui penambahan kapasitas pemeriksaan. Sebagai informasi, menurut data yang terhimpun dari situs corona.jakarta.go.id pada 2 Juli 2020, Jakarta sudah melaksanakan total 238.796 Rapid Test dan 151.771 Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Test.
Seiring dengan pemberlakuan PSBB masa transisi dan peningkatan aktivitas masyarakat di luar rumah, Pemprov juga menerapkan metode active case finding. Metode tersebut memungkinkan pemerintah untuk melakukan pendeteksian secara efektif dan lebih cepat, sehingga kasus positif bisa ditemukan sedini mungkin. Risiko lonjakan kasus juga bisa diminimalisir.
Pemeriksaan Skala Masif dengan Active Case Finding
Pembukaan beberapa sektor dan pelonggaran restriksi pada PSBB masa transisi bukan berarti Pemprov menurunkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Sebaliknya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta justru meningkatkan intensitas pemeriksaan. Ini tercermin dari pengoptimalan sumber daya yang terus dilakukan.
Pada 9 April 2020, Dinkes DKI telah mendirikan laboratorium satelit untuk pengujian sampel Covid-19 di RSUD Pasar Minggu dan RSKD Duren Sawit. Sistem jejaring yang menghubungkan 41 laboratorium di Jakarta juga dibangun untuk menunjang pemeriksaan Covid-19.
Penambahan kapasitas testing tidak dilakukan melalui pemeriksaan yang acak. Seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan No. 94 Tahun 2020, Dinkes menetapkan active case finding sebagai metode pemeriksaan yang paling tepat selama PSBB masa transisi. Dengan cara ini, Dinkes secara aktif mencari dan berupaya untuk menjaring para warga yang berstatus OTG atau Orang Tanpa Gejala lebih awal.
Dinkes menilai, tanpa active case finding, ditambah dengan peningkatan aktivitas di Jakarta, jumlah kasus positif bisa melonjak tajam, lantaran banyak OTG yang tidak terpantau dan mereka tidak menyadari telah terpapar Covid-19.
Langkah-langkah yang dikerjakan Dinkes pun membuahkan hasil. Dalam rapat evaluasi PSBB masa transisi fase pertama, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, jumlah tes PCR yang terlaksana di Jakarta telah mencapai 14.258 per 1 juta penduduk, melebihi rekomendasi World Health Organization (WHO), yakni 10.000 tes per 1 juta penduduk.
“Kalau kita melihat kegiatan testing kita, jumlah orang testing kira-kira 7,6% atau 151.171 orang. Kemudian, jumlah tes PCR kita 14.258 per 1 juta penduduk, dengan jumlah spesimen yang di tes sebanyak 313.450 spesimen. Jadi, dari sini nampak bahwa kita sudah di atas yang diharuskan dari WHO. WHO mengharuskan bahwa sebuah wilayah melakukan 10.000 tes per 1 juta penduduk. Jakarta dengan 11 juta penduduk, maka harus melakukan 11.000 tes per minggu, dan di DKI Jakarta paling tidak seminggu terakhir ini telah melakukan 14.000 testing per 1 juta penduduk,” paparnya di Balai Kota, Jakarta (1/7).
Tes PCR Efektif dengan Corona Likelihood Metric
Smartcitizen, tahukah kamu kalau langkah-langkah yang saat ini dijalankan oleh Dinkes DKI tidak hanya berasal dari internal? Ya, sejak awal kemunculan virus korona, Pemprov selalu menggiatkan semangat kolaborasi kepada jajarannya untuk mempercepat pemulihan Jakarta dari pandemi Covid-19. Mulai dari gerakan untuk membantu sesama melalui program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB), sampai yang terbaru, yakni kolaborasi dalam menciptakan aplikasi cek gejala mandiri berteknologi CLM atau Corona Likelihood Metric.
CLM merupakan sebuah inovasi yang berhasil diwujudkan oleh Dinkes dan Jakarta Smart City, bersama para kolaborator lainnya seperti Harvard CLM Team dan Klakklik.ID. Melalui alat ini, warga yang merasa punya gejala mirip Covid-19 tidak perlu lagi bertemu langsung dengan dokter untuk mengetahui apakah dirinya terindikasi virus korona.
Berbasis machine-learning, CLM mampu mengolah informasi dan jawaban untuk secara otomatis memberikan rekomendasi medis yang paling tepat kepada pengguna. Demi kemudahan akses, teknologi CLM juga hadir dalam fitur JakCLM di aplikasi JAKI.
[Unduh JAKI di Google Play Store dan App Store, yuk!]
Manfaat CLM tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang sebelumnya kesulitan mendapatkan akses konsultasi terkait Covid-19. Sejak awal pengembangannya, CLM juga ditujukan untuk membantu Pemprov dalam proses penyeleksian warga yang benar-benar membutuhkan tes PCR. Ini perlu dilakukan mengingat jumlah alat tes PCR yang terbatas. Dengan kata lain, CLM membantu memastikan pelaksanaan tes PCR berjalan efektif dan efisien.
Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan di CLM juga akan menjadi basis data ilmiah yang dapat digunakan oleh Dinkes untuk memantau (tracing) serta mendeteksi kelompok atau wilayah yang masih termasuk dalam risiko tinggi penyebaran Covid-19.
Smartcitizen, ini hanya sebagian kecil contoh upaya penanganan yang digencarkan Dinkes DKI dalam menurunkan laju penyebaran Covid-19 selama PSBB masa transisi. Perlahan, sepenggal demi sepenggal berbagai aspek kehidupan mulai kembali mewarnai kota kita Jakarta. Tetapi ingat, jangan jadikan hal tersebut sebagai alasan buat kamu untuk menurunkan kewaspadaan di tengah pandemi. Seperti yang saat ini ditunjukkan oleh Dinkes, kita tidak boleh lengah. Selalu patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan, agar kamu bisa bepergian serta beraktivitas dengan aman.