LAYANAN DARURAT COVID-19
112
0813 8837 6955

Beranda > Artikel > Isolasi Mandiri di Rumah: Panduan dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan

Isolasi Mandiri di Rumah: Panduan dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan

Teresa Simorangkir

23 Juni 2021

Pada 4 Juli 2021, berdasarkan data yang dihimpun di corona.jakarta.go.id, penambahan kasus baru di Jakarta menyentuh angka 4.611 per hari. Tak hanya itu, kasus Covid-19 yang ditemukan pada anak-anak juga menunjukkan angka signifikan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa 11-12% dari keseluruhan total kasus Covid-19 di Indonesia terjadi pada anak-anak. Itu berarti, ada ribuan anak yang meninggal setiap minggunya.

Kasus yang kembali menanjak membuat pemerintah harus mengeluarkan regulasi untuk mengontrol efek yang ditimbulkan. Pemerintah dan pihak-pihak lain masih terus mengupayakan vaksinasi untuk semua golongan. Masyarakat diminta lebih awas lagi ketika beraktivitas di luar rumah, seperti menggunakan masker dua lapis untuk proteksi diri yang lebih tinggi.

Namun, karena yang kita hadapi ini merupakan hal yang tak kasat mata berupa virus, usaha perlindungan diri kita masih berpotensi ditembus pertahanannya. Maka, usaha terbaik yang bisa kita lakukan adalah memperketat protokol kesehatan, ikut vaksinasi, dan berdoa. Tapi, apa yang bisa dilakukan bila ternyata harus menjalani isolasi mandiri?

Kapan Harus Melakukan Isolasi Mandiri?

Jika kamu telah merasakan gejala-gejala Covid-19 seperti batuk, kehilangan daya penciuman (anosmia), atau demam, segera lakukan isolasi mandiri dan jadwalkan dirimu untuk tes PCR di fasilitas kesehatan terdekat. Seseorang juga wajib melakukan isolasi mandiri jika sempat berkontak erat dengan orang yang dinyatakan positif Covid-19. Individu yang terinfeksi virus Corona dan tidak memiliki gejala wajib lapor ke Puskesmas sesuai domisili, agar diarahkan ke lokasi isolasi terkendali yang tersedia.

Umumnya, isolasi mandiri berlangsung selama 10-14 hari sejak seseorang terkonfirmasi positif. Namun, bila gejala yang dirasakan tidak berkurang atau membaik, maka isolasi mandiri bisa lebih panjang durasinya. Saat menjalani isolasi mandiri, selalu gunakan masker di dalam rumah, jangan berkontak fisik dengan orang lain, dan pisahkan peralatan pribadi dengan milik orang lain. Lalu, pastikan suplai obat-obatan pribadi, masker, hand sanitizer, serta disinfektan cukup. Agar sirkulasi udara di ruangan baik, jangan lupa untuk membuka jendela setiap pagi. Terakhir, pantau selalu kondisi kesehatanmu. Cari tahu apakah gejala yang kamu rasakan membaik atau tidak.

[Tanya Jawab Bersama dr. Verry: Yang Harus Dilakukan Jika Kerabatmu Positif Covid-19]

Berikan Kabar Bila Sempat Kontak Erat dengan Orang Lain

Bila sebelumnya kamu pernah berinteraksi dengan orang-orang secara langsung, segera kabari mereka bahwa kamu harus isolasi mandiri. Hal ini penting, agar mereka bisa mempersiapkan diri lebih jauh, misalnya menjalani tes PCR. Ingat ya, penyakit adalah musibah yang bisa menimpa siapapun, walau kita sudah berusaha sebaik mungkin. Jadi, jangan ditutup-tutupi. Dengan mengabari orang yang kontak erat dengan kita, kita bisa menghentikan penularan virus lebih luas.

Lakukan Teknik Proning Bila Kesulitan Bernapas

Bila kamu sedang menjalani isolasi mandiri dan tiba-tiba merasa sulit bernapas, lakukan teknik proning atau tengkurap. Teknik proning bisa membantu memberikan kenyamanan bernapas dan teknik ini sudah diterima secara medis.

Cara Melakukan Proning

  1. Siapkan empat sampai lima bantal

  2. Ubah posisi tubuh secara teratur, lebih baik tak lebih dari 30 menit per posisi

  • 30 menit - 2 jam    : tubuh tengkurap

  • 30 menit - 2 jam    : tubuh berbaring menghadap ke kanan

  • 30 menit - 2 jam    : duduk

  • 30 menit - 2 jam    : tubuh berbaring menghadap ke kiri

  • Kembali ke posisi tengkurap
     

Sumber: Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India

 

  1. Peletakan bantal dapat dilakukan seperti berikut:

  • Letakkan satu bantal di bawah leher

  • Satu atau dua bantal di bawah dada sampai menyentuh paha bagian atas

  • Dua bantal di bawah area tulang kering

Pedoman Isolasi Mandiri untuk Anak-Anak

Hasil publikasi Eijkman Institute menunjukkan, sebanyak 67,3% anak-anak yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia tidak bergejala. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dan wajib diwaspadai, apalagi dengan merebaknya varian Delta yang lebih menular dibanding varian sebelumnya. Simak panduan isolasi mandiri untuk anak-anak yang disosialisasikan oleh (IDAI).

Sediakan Alat-Alat Berikut di Rumah

  1. Termometer

  2. Oximeter, untuk mengukur saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Obat yang Perlu Disiapkan

  1. Obat demam

  2. Vitamin C dengan aturan dosis:
    1-3 tahun    : maksimal 400mg/hari
    4-8 tahun    : 600mg/hari
    9-13 tahun    : maksimal 1200mg/hari
    14-18 tahun    : maksimal 1800mg/hari

  3. Vitamin D3 dengan aturan dosis:
    <3 tahun    : 400U/hari
    Anak        : 1000U/hari
    Remaja    : 2000U/hari
    Remaja obesitas: 5000U/hari

  4. Zink dengan dosis  20mg/hari selama 14 hari

Protokol Isolasi Mandiri di Rumah untuk Anak

  1. Periksa suhu tubuh anak tiap pagi dan sore

  2. Periksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi

  3. Pantau laju napas pada anak. Laju napas menunjukkan tanda bahaya apabila:
    Usia >2 bulan    : ≥60 kali/menit
    2-11 bulan    : ≥50 kali/menit
    1-5 tahun    : ≥40 kali/menit
    >5 tahun    : ≥30 kali/menit

  4. Tetap di rumah

  5. Gunakan masker dan pelindung mata bila memungkinkan saat berdekatan dengan anak. Penggunaan masker dianjurkan untuk anak usia dua tahun ke atas atau yang sudah bisa memakai dan melepas masker sendiri. Orang tua bisa memastikan masker digunakan dengan benar dan berikan “istirahat masker” untuk si kecil bila berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari orang lain. Masker tidak perlu digunakan saat anak sedang tidur

  6. Jaga jarak

  7. Cuci tangan

Cara mencuci tangan yang benar

8. Menerapkan etika batuk, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan atas bagian dalam

Kapan Anak Harus Segera Dibawa ke Rumah Sakit?

Bawa anak ke rumah sakit bila menunjukkan gejala-gejala berikut:

  1. Anak banyak tidur

  2. Napas cepat

  3. Ada cekungan di dada, hidung kembang kempis

  4. Saturasi oksigen kurang dari 95%

  5. Mata merah, ruam, leher bengkak

  6. Demam lebih dari tujuh hari

  7. Kejang

  8. Tidak bisa makan dan minum

  9. Mata cekung

  10. Buang air kecil berkurang

  11. Terjadi penurunan kesadaran

Simpan Nomor-nomor Telepon Penting

Ini penting dilakukan untuk berjaga-jaga saat kamu membutuhkan bantuan cepat. Nomor-nomor telepon penting yang harus kamu simpan antara lain hotline Posko Kesehatan Dinas Kesehatan (112 dan 081 112 112 112), hotline Puskesmas domisili, dan penanggung jawab lokasi isolasi terkendali. Jangan lupa juga untuk menyimpan nomor telepon Ketua RT, tetangga, serta keluarga terdekat.

Dilarang Bepergian ke Tempat Umum

Saat isolasi mandiri, bepergian ke tempat umum adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Maka, jika kamu membutuhkan sesuatu dari luar, pesanlah melalui layanan pesan antar online. Kamu juga bisa meminta tolong orang terdekat yang sehat untuk membantumu. Hubungi mereka melalui telepon untuk menghindari kontak langsung. Kemudian, saat hendak menerima barang yang kamu minta tadi, mintalah mereka untuk meletakkannya di dekat pagar atau pintu rumah. Sediakan kotak atau wadah khusus terlebih dahulu untuk memudahkan mereka meletakkan barang. Terakhir, sebelum dibawa ke dalam ruangan, jangan lupa semprotkan disinfektan ke barang tersebut supaya steril, ya!

Apa yang Bisa Dilakukan Saat Isolasi Mandiri?

Tadi kita sudah membahas hal-hal terkait prosedur saat isolasi mandiri. Sekarang mari bergeser ke topik yang lebih ringan: ngapain aja ya, selama isolasi mandiri?

Menelepon Teman atau Keluarga

Berikan kabar bahwa kamu sedang isolasi mandiri tidak boleh keluar rumah. Yup, pada masa seperti ini, bukan hal yang aneh jika kamu merasa ingin mendapat dukungan dari orang-orang yang kamu sayang. Mendengar ucapan penyemangat bisa jadi bahan bakar supaya lebih sabar menjalani isolasi mandiri.

Melakukan Kegiatan yang Menghibur

Stres rentan dirasakan mereka yang harus menjalani isolasi mandiri. Jadi, kita harus pintar-pintar menata perasaan dan kondisi mental agar lebih tenang menjalani isolasi mandiri. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain menonton serial yang alur ceritanya ringan dan menghibur, membaca buku-buku yang belum sempat dibaca, atau menulis tentang hal-hal yang disenangi.

Rutin Membersihkan Ruangan

Selain wajib memperhatikan sirkulasi udara, pasien isolasi mandiri harus rutin membersihkan ruangan tempat ia tinggal. Berhari-hari di dalam suatu ruangan bisa membuat ruangan terasa sumpek dan cepat kotor. Mulai dengan menyapu, membersihkan barang-barang dengan disinfektan, lalu mengepel. Ruangan yang wangi dan bersih tentu akan membuat perasaan kita lebih rileks serta senang.

Kapan Isolasi Mandiri Dianggap Selesai?

Kamu dianggap sudah selesai menjalani isolasi mandiri apabila:

  1. Isolasi mandiri sudah dijalankan sesuai durasi yang ditentukan oleh tenaga kesehatan.

  2. Pasien isolasi mandiri tidak perlu menjalani pemeriksaan RT-PCR ulang.

  3. Mendapat surat keterangan selesai isolasi dari petugas kesehatan.

Tak ada yang lebih paham tentang perasaan tubuhmu selain kamu sendiri. Jadi, selalu komunikasikan hal tersebut kepada tenaga kesehatan ketika kontrol atau saat pemeriksaan. 

Tetaplah tenang ketika harus menjalani isolasi mandiri. Fokuslah untuk segera pulih dengan mengonsumsi makanan bergizi, obat, serta vitamin. Ketika sudah pulih nanti, jangan lupa lakukan konsultasi untuk langkah pemulihan selanjutnya dan tanyakan kapan kamu bisa mendapatkan dosis vaksin Covid-19. 

Nah, kalau sudah boleh divaksin nanti, jangan lupa daftarkan dirimu, ya! Biar lebih gampang, daftarkan dirimu lewat JAKI yang bisa kamu download di Play Store atau App Store. Semoga pandemi segera berakhir dan semuanya segera pulih!

Tips

Bagikan :


Penulis

Teresa Simorangkir

A writer and a lifelong learner.

Artikel Terkait

Strategi Dinkes DKI untuk Alokasi Kuota Vaksinasi JAKI

21 September 2021

Tanya Jawab Seputar Vaksin AstraZeneca Bersama dr. Adam Prabata

28 Juni 2021

Mencegah Klaster Keluarga Pasca Libur Panjang

20 Mei 2021

Jakarta Kembali Ke PPKM Level 2, Berikut Aturannya

10 Desember 2021

Sebelum Vaksin Booster, Cobain Fitur-fitur JAKI Ini, Yuk!

24 Januari 2022