Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam hidup kita. Salah satunya rasa lebih peduli terhadap kebersihan. Kita memakai masker setiap bepergian, mencuci tangan dan memakai hand-sanitizer secara berkala untuk menjaga diri dari virus. Namun ironisnya, kebiasaan baru kita ini justru bisa meningkatkan volume sampah.
Bagaimana tidak? Pada masa pandemi seperti sekarang, masker, tisu basah, hand-sanitizer, dan disinfektan sudah menjadi sahabat karib kita sehari-hari. Semakin sering kita menggunakannya, kian meningkat pula jumlah sampah yang kita hasilkan dari bekas kemasan barang-barang tersebut.
Tumpukan sampah pada masa pandemi tak hanya disebabkan produk medis. Selama pandemi, kita terbatas untuk berkegiatan di luar rumah. Hal ini membuat kita mengandalkan jasa antar makanan dan jasa belanja online. Adanya jasa-jasa ini memang memudahkan kita. Tetapi, semakin banyak pula barang-barang dengan kemasan sekali pakai yang kita konsumsi dan gunakan. Alhasil, makin banyak sampah yang kita produksi.
Meskipun beberapa kebiasaan pada era pandemi secara tak langsung meningkatkan produksi sampah, perlu Smartcitizen ingat, bukan berarti kita harus berhenti menggunakan masker dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya ataupun berhenti menggunakan jasa pesan antar, loh ya. Hanya saja, kita perlu belajar mengurangi sampah di sekitar kita selama pandemi ini. Bagaimana caranya? Yuk, simak beberapa tips berikut.
Mengurangi Penggunaan Masker Medis
Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan, sebanyak 780 item seberat 0,13 ton sampah masker dan APD lain menumpuk di muara sungai menuju Teluk Jakarta setiap hari. Karena itu, kita harus mengurangi produksi sampah pada masa pandemi, dengan mengurangi penggunaan masker medis. Salah satu cara yang bisa Smartcitizen lakukan adalah dengan menggunakan masker kain.
Mungkin upaya ini menimbulkan pertanyaan baru di benakmu, memang siapa saja yang boleh memakai masker medis?
Dalam panduan interim edisi Desember 2020, World Health Organization (WHO) tidak membahas hal ini secara spesifik. Namun, ada beberapa kriteria orang yang diwajibkan memakai masker medis, yakni:
Tenaga kesehatan;
Lansia yang berusia di atas 60 tahun;
Orang dengan penyakit komorbid;
Pemberi layanan/orang-orang yang menggunakan tempat berkegiatan yang sama dengan orang yang merupakan suspek/terkonfirmasi positif COVID-19.
Jika tak termasuk salah satu kriteria di atas, kamu boleh kok menggunakan masker kain. Namun, ada baiknya untuk kamu memakai masker kain yang sesuai anjuran WHO, yaitu yang terdiri dari tiga lapisan. Kenakan juga maskermu dengan benar, ya.
Belajar Memilah Sampah di Rumah
Sampah masker dan APD yang tak terpilah dengan baik berpotensi menularkan virus kepada petugas Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Makanya, penting bagi Smartcitizen untuk belajar memilah sampah. Pertama, kamu perlu membuang sampah di tempat sampah berdasarkan jenisnya. Lihat dulu, apa jenis sampah tersebut, sampah organik, anorganik, atau B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)?
Membuang sampah sesuai jenisnya akan mempermudah kamu menindaklanjuti sampah tersebut. Kemudian, cobalah untuk mengolah sampah, supaya kita bisa mengurangi jumlah sampah di TPA. Sampah organik bisa kamu olah menjadi kompos. Sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi pot bunga atau aneka kerajinan tangan. Meski begitu, tak semua sampah anorganik bisa kamu kelola secara pribadi.
Jika berupa sampah elektronik, seperti handphone dan televisi bekas, berhati-hatilah. Sebab, limbah elektronik mengandung bahan beracun, sehingga dapat merusak kesehatan. Untungnya, jika kamu warga Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyediakan penjemputan e-Waste (limbah elektronik). Sehingga, kamu tak perlu bingung harus ke mana menyalurkan sampah elektronikmu.
Bagaimana pula dengan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3)? Sesuai namanya, sampah jenis ini berasal dari produk dengan bahan yang mengandung racun, seperti pestisida, pengharum ruangan, dan masker medis sekali pakai. Kamu perlu ekstra hati-hati dalam memilah sampah ini. Kumpulkan sampah B3 dalam wadahnya sendiri, setelah itu salurkan ke bank sampah yang menerima sampah B3. Oh ya, sebelum membuang sampah masker yang berpotensi menginfeksi orang lain, pastikan kamu sudah merobeknya terlebih dulu, agar tak dapat dipakai kembali.
Menerapkan Metode Decluttering
Hayo, istilah satu ini akrab tidak di telingamu? Decluttering adalah metode bersih-bersih ruangan dengan menyingkirkan barang yang tidak kamu butuhkan lagi. Barang-barang tersebut dapat kamu jual atau donasikan jika masih layak guna, sehingga kamu dapat mengurangi sampah bekas pakaian, aksesoris, atau barang lainnya.
Untuk kamu yang belum tahu cara decluttering, berikut langkah-langkahnya:
Pilih mau memulai decluttering dari ruang dan zona apa terlebih dulu.
Semisal kamu sudah memutuskan mau memulai decluttering di kamar, pilihlah zona tertentu di kamarmu yang akan kamu declutter terlebih dulu, misalnya lemari pakaian.
Siapkan wadah dan beri label.
Wadah dapat berbentuk boks maupun container. Beri label di setiap wadah, sehingga kamu tahu wadah mana yang akan diisi oleh barang yang mau kamu simpan, donasikan, ataupun jual.
Taruh barang-barang yang tak ingin kamu simpan dalam wadah.
Pilih barang-barang yang tak ingin kamu simpan dan letakkan di wadah yang sudah disiapkan. Jangan lupa taruh barang dalam wadah dengan label yang sesuai, ya.
Simpel, kan? Tak hanya membantu mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir, metode bersih-bersih ini sekaligus bisa menyulap rumahmu jadi lebih rapi, lho.
Mengurangi penggunaan masker medis, memilah sampah dengan bijak, serta menerapkan decluttering hanyalah tiga dari banyak cara untuk mengurangi sampah pada masa pandemi. Kamu boleh kok berkontribusi menjaga lingkungan sekitar dengan caramu sendiri, misalnya membawa kantong belanja dan peralatan makan sendiri, ataupun tidak membuang-buang makanan. Yuk, sama-sama kita jaga kebersihan Jakarta pada masa pandemi dan seterusnya!