LAYANAN DARURAT COVID-19
112
0813 8837 6955

Beranda > Artikel > Sepeda: Transportasi Terbaik di Masa Pandemi

Sepeda: Transportasi Terbaik di Masa Pandemi

Nadhif Seto Sanubari

15 Juli 2020

Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi, Smartcitizen sudah kembali beraktivitas di luar rumah, tentunya dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan. Kamu mungkin telah bekerja atau berbelanja di sekitar ibu kota. Tapi apakah cara terbaik untuk bepergian ke sana kemari pada masa PSBB Transisi ini? Barangkali jawaban sebagian besar warga Jakarta adalah dengan bermobil atau bermotor. Memang pilihan yang cepat dan terpercaya, bukan? Tapi apa gunanya cepat jika semua orang mengendarai motor dan mobil, sehingga pada akhirnya jalan macet di mana-mana?

Saat ini kita hidup pada masa transisi menuju hidup yang sehat, aman, serta produktif. Dibandingkan dengan pada waktu sebelum pandemi Covid-19, kehidupan sehari-hari kita kini dijalani secara berbeda, seperti lebih berhati-hati terhadap lingkungan sekitar. Jadi, selagi masa transisi menuju kehidupan baru, kenapa kita tidak  bertransportasi secara berbeda pula? Bersepeda, misalnya, kendaran yang lebih ramah lingkungan. 

Berbagai Manfaat Kesehatan Bersepeda

Orang dewasa dianjurkan untuk berolahraga selama 30 menit setiap hari, agar tetap sehat dan bugar. Dari semua olahraga yang bisa kamu lakukan, bersepeda merupakan salah satu yang paling mudah untuk dilakoni dalam keseharianmu. Tidak perlu jauh-jauh ke gym atau menyisihkan beberapa jam untuk senam aerobik, kamu hanya perlu menggowes sepeda dalam perjalanan ke kantor atau ke pasar.

Pada masa transisi ini, bersepeda menjadi alternatif yang berisiko kecil ketika bepergian. Terutama untuk menghindari kontak dekat dengan orang banyak. Belum lagi berbagai manfaat kesehatan yang bisa didapatkan dari bersepeda secara rutin. Bersepeda melatih otot kaki dan perut, membakar kalori, serta mengurangi berat badan.

Selain kesehatan jasmani, bersepeda juga membantu kesehatan mental. Berolahraga melepas endorfin, yaitu zat dalam otak yang membuat kita merasa lebih senang dan mengurangi stres. Melepaskan tenaga dengan menggowes sepeda juga akan menjauhi pikiran kita dari tekanan dan kecemasan yang mungkin sedang dirasakan.

Dampak Bersepeda Terhadap Lingkungan

Bersepeda tak hanya bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia, tapi juga bagi lingkungan. Kendaraan bermotor seperti mobil dan motor menggunakan bensin, sehingga mengeluarkan gas polutan udara. Sedangkan bersepeda hanya mengandalkan otot kakimu dan tidak menghasilkan gas rumah kaca. Dengan mengurangi polusi udara, kualitas udara Jakarta pun akan meningkat, sehingga langit biru akan lebih sering terlihat.

Jika bersepeda menjadi metode bepergian yang diprioritaskan, jumlah kendaraan bermotor di jalan akan berkurang. Imbasnya polusi udara serta kemacetan yang akan lebih jarang terjadi. Lebih sedikit jumlah mobil berarti akan lebih sedikit keperluan untuk pembangunan jalan raya dan lahan parkir. Lahan ini kemudian bisa digunakan untuk membangun ruang terbuka hijau atau taman, sehingga ibu kota terasa lebih segar dan warga lebih bergembira. Memang ini merupakan tujuan jangka panjang yang mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun. Tapi lebih baik kita mulai dari sekarang, kalau tidak kapan lagi?  Kalau bukan kita, lalu siapa lagi?

Upaya Memfasilitasi Pengendara Sepeda

Sekarang ini, Pemprov DKI Jakarta sedang berupaya menormalisasikan dan memprioritaskan bersepeda di ibu kota. Mungkin Smartcitizen sudah tak asing dengan jalur berwarna hijau di sebelah kiri jalan raya yang dikhususkan untuk pengendara sepeda. Selama masa PSBB Transisi, jalur sepeda sementara sudah dibentuk di Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin, untuk meningkatkan jumlah penggunaan sepeda. Pop-up bike lane ini dipisahkan dari jalan raya utama, dengan menggunakan cone dan dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19, agar memisahkan pengendara sepeda dengan pejalan kaki di trotoar.

Pemprov DKI Jakarta juga menetapkan berbagai peraturan yang akan memudahkan dan memfasilitasi pengendara sepeda. Pusat perbelanjaan serta perkantoran, misalnya, kini harus menyisihkan 10% lahan parkirnya untuk digunakan sebagai parkir sepeda, lengkap dengan tanda penunjuk arah. Peraturan ini juga berlaku di halte TransJakarta dan stasiun MRT yang sekarang menyediakan parkir sepeda secara gratis. Tempat umum pun menyediakan shower untuk para pengendara sepeda, agar mereka bisa masuk kerja atau beraktivitas selanjutnya dengan bersih dan segar. Dengan segala upaya untuk membuat bersepeda lebih mudah bagi semua, diharapkan warga Jakarta akan lebih tertarik bersepeda sebagai moda transportasi utama.

Selain dari Pemprov sendiri, terutama jika kamu tidak memiliki atau sedang tidak ada akses kepada sepeda pribadi, kamu bisa menggunakan aplikasi Gowes. Aplikasi ini juga bertujuan mendorong warga Jakarta menuju budaya bersepeda dengan menawarkan layanan penyewaan sepeda umum. Cukup dengan mengunduh aplikasi Gowes dari Google Play Store atau App Store, kamu bisa mendapat akses kepada sepeda yang disediakan Gowes di berbagai titik di Jakarta. Cari sepeda Gowes terdekat, buka kuncinya dengan memindai QR Code, dan mulailah menggowes. Kembalikan sepeda ke tempat parkir Gowes dan kunci kembali untuk mengakhiri perjalanan. Dengan teknologi, semuanya serba mudah.

Nah, sekarang sudah paham kan, Smartcitizen, mengapa bersepeda perlu menjadi  bagian penting dalam keseharian hidup kita pada masa pandemi? Ajaklah keluarga dan teman-teman kamu untuk bersepeda bersama. Yuk, kita menggowes menuju masa depan yang lebih sehat dan langit kota yang lebih biru!

PSBB Transisi
Tips

Bagikan :


Penulis

Nadhif Seto Sanubari

Penulis dan penerjemah alumni Universitas Bina Nusantara, dengan pengalaman internasional di University of Bradford, UK dan Deakin University, Australia.

Artikel Terkait

Stigma COVID-19: Apa yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengatasinya

11 Mei 2020

Tata Cara Menggunakan JakCLM

15 September 2021

Begini Cara Cek Kuota Vaksinasi JAKI

10 Agustus 2021

Contact Tracing dan Check-Point Monitoring: Apa dan Bagaimana Cara Kerjanya?

25 September 2020

Kapan Kita Harus Karantina?

28 Oktober 2021